Sabtu, 24 November 2012

Belajar

Namaku Wenni Meliana,S.Pd. Aku pengajar di salah satu sekolah swasta di Banjarmasin. Awal penugasanku menjadi PNS ditempatkan di MTsN Lampihong, salah satu desa di Kalimantan Selatan. Awalnya desa ini sangat asing bagiku, jauh dari pusat keramaian, sinyal HP pun tidak ada disana. Pasar desa seminggu sekali baru ada, untuk belanja keperluan sehari-hari hanya menunggu penjual yang lewat + warung-warung kecil yang menjual bahan-bahan pokok yang tidak terlalu lengkap juga. Desa ini awalnya masuk Kab.HSU. Setelah ada pemekaran daerah, maka desa ini menjadi wilayah Kab.Balangan. Tiga tahun mengajar di desa, dengan segala keunikannya. Dimana sekolah tidak menjadi prioritas bagi warga disana. Ada beberapa siswaku yang putus sekolah di tengah jalan, karena faktor ekonomi, bagi mereka sekolah urutan kesekian. Prioritas mereka bagaimana bertahan hidup, membantu orang tua mencari nafkah.
 Mengajar di desa memberikan pengalaman yang sangat berharga bagiku, suasana desa yang alami, ramah tamah, kekeluargaan disana sangat tinggi. Penghargaan mereka pada sosok seorang guru juga sangat besar.
Tahun 2005 aku dipindah ke MTsN Model Amuntai, salah satu kota kecil di Kalimantan Selatan. Awalnya aku kaget kenapa harus dipindah. Aku sudah merasa betah tinggal di desa. Namun, aku percaya Allah SWT pasti memiliki rencana, yang kadang manusia tidak menyadarinya. semua pasti ada hikmahnya. Amuntai merupakan ibukota kabupaten Hulu Sungai Utara. Beternak itik merupakan salah satu mata pencaharian warga disana. Jumlah siswa di sekolah ini sangat banyak, setiap tahun ajaran baru sekolah ini merupakan sekolah favorit disana. Ada 24 kelas dari kelas VII-IX, masing-masing tingkat terdiri 8 kelas dari kelas A - H. Setiap kelas rata-rata jumlah siswanya 40 -45 orang. Meski 2 tahun mengajar di MTsN Model Amuntai , namun pengalaman yang diperoleh banyak di sekolah itu. Ada kreativitas, penghargaan prestasi, profesionalitas. Satu hal yang aku suka adalah target membuat nilai ujian nasional siswa mendapat nilai 10 dengan murni. Bisakah itu kami lakukan? Alhamdulillah, kami guru UN terutama guru matematika bisa melakukannya. Siswa mendapat nilai 10 pada mata pelajaran matematika Ujian Nasional  dengan murni itu fakta yang ada. Semua terwujud karena semuanya mendukung, dari Kepala Sekolah, guru-guru,siswa,serta orang tua siswa + perangkat yang menunjang.
Di tengah Ujian Nasional yang carut marut dan sarat ketidakjujuran, yakinlah masih banyak siswa yang mampu meraih nilai tinggi dengan jujur. Itu fakta yang ada. Kebijakan sekolah memberi pelajaran tambahan dari awal tahun, siswa yang berprestasi dan memiliki semangat tinggi, guru yang profesional dan berdedikasi tinggi, orang tua yang penuh atensi. Semua itulah kuncinya.
Tahun 2007 aku pindah ke MTs Muhammadiyah, kepindahan kali ini memang aku yang menginginkan karena suamiku bekerja di Banjarmasin. Sebenarnya kalau harus disuruh memilih aku lebih suka tinggal di ibukota kabupaten, tetap mengajar di MTsN Model, namun karena keluarga prioritasku, aku harus meninggalkan sekolah yang penuh prestasi, dedikasi, profesionalitas, aku bangga pernah terlibat dan mengajar di MTsN Model Amuntai.
Pindah ke MTs Muhammadiyah Banjarmasin karena pertimbangan lebih dekat dengan rumah, akses yang mudah menuju ke sana karena terletak di pinggir jalan S.Parman, dekat pertokoan, rumah sakit, pasar, dan lainnya. Banyak hal baru yang kutemukan disini, hingga tanpa terasa aku sudah mengajar di sekolah ini selama 5 tahun lebih. Jabatan aku di sekolah ini menjadi Wakil Kepala Sekolah Bagian Kurikulum dan Bendahara BOS. Menjalani tugas sebagai seorang guru dan ibu dari anak-anakku, aku jalani dengan sabar dan ikhlas. Yakinlah, Allah SWT tidak akan memberi cobaan yang kita tak sanggup memikulnya. Selalu berpegang pada Al Qur'an dan Hadist, tetap istikamah, dan selalu berusaha meraih barakah . InsyaAllah kita akan selalu diberi kemudahan. Setiap kejadian pasti ada makna, yang kadang kita tak mengerti sebelum menjalaninya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar